...my life is brilliant, my life is pure, I saw an angel, of that I’m sure...
Seorang malaikat telah datang dalam hidup saya. Namanya Gabriel.
Dia datang dari terang dalam rupa terang dan memberi terang...
Gabriel mengajarkan saya bagaimana me rasa kan bahagia dalam kehidupan. Dia menegaskan penting nya waktu saat ini, untuk dinikmati dan di rasai.
Kita manusia, kita terdiri dari tubuh, pikiran dan roh.
Kebahagiaan dirasa dari roh, seperti sedapnya makanan dinikmati lidah atau menariknya bacaan yang dianalisa oleh pikiran.
Maka bagaimana cara membahagiakan roh dan hati ini?
Ada sebuah kisah lama, seorang nelayan yang sedang duduk-duduk merokok di perahunya. Saudagar menghampirinya dan bertanya "mengapa kau tidak mencari ikan" dan dia menjawab "buat apa?" lalu saudagar berkata "agar kau dapat lebih banyak ikan, menjual lebih banyak, menerima lebih banyak, lalu membeli umpan lebih banyak, membeli perahu lebih besar, mengupah buruh untuk membantumu lebih banyak, menjadi lebih kaya, memiliki rumah lebih banyak, memiliki mobil, dan memiliki segalanya" lalu nelayan bertanya lagi "untuk apa?" dan saudagar menjawab "agar kau bahagia, dan bisa menikmati hidup ini" lalu nelayan menyahut "bukankah itu sudah terjadi. lihatlah aku ini"
suatu waktu, Gabriel terbang dengan kedua sayapnya di sisi saya, menyamakan ketinggian dan menukik sedikit ke bumi. Dia tahu bahwa saya tak memiliki antena televisi, maka ia bercerita tentang keindahan dunia yang belum pernah saya tengok.
Ceritanya diawali dari ke badung an anak sekolah. Bermain taruhan, tawuran dan tebakan kuno penuh trik kocak dengan ide gila dari mana saja. Lalu dia menceritakan kisah kasih cinta monyet perjuangan remaja belia. Dia bubuhkan kalimat bijak ajaran agama dan kehangatan keluarga. Mimik raut wajahnya seperti aktor besar, suaranya milik para penyiar, membuat saya merasa bergerak di dalam kisahnya.
kesempatan lain, Gabriel mendukung saya beramal. Dia membawakan ransel besar berisi pakaian, tas dan boneka yang sudah saya kumpulkan berbulan-bulan, untuk diberikan pada orang yang membutuhkan di luar kota. di sana, dia bercengkrama, menyanyi dan minum kopi bersama mereka. hatinya bersama orang sederhana.
saya pernah kalut terpercik molekul kemarahan air hujan. Dari atas awan Gabriel menganjurkan saya membaca ayat Alkitab. helow, ini abad 20 dan saya orang muda. apa kata tetangga jika diam berdoa di kamar sementara mereka gaul di cafe? whatever! ;) kubaca tentang "maaf". ternyata, memaafkan itu untuk diri sendiri agar me rasa baik an dan terus melanjutkan perjalanan. memaafkan itu bukan merchandise untuk orang lain.
Di suatu malam yang gelap, Gabriel bertanya tentang cahaya. Iya, jalan raya di depan saya selalu lurus, lapang, lebar dan mulus. Namun sayangnya, jika matahari tak bersinar atau awan mendung datang, jalanan menjadi remang tanpa cahaya. Saya belum memiliki lampu pijar sensoris. Maka ketika pandangan kabur, saya duduk berhenti dan menyusup ke dalam bumi. Gabriel kaget lalu mencatat kebutuhan saya dalam notesnya. Dia malaikat yang datang dari terang, seperti pegawai PLN yang sedang research dimana perlu menambahkan listrik di pelosok Indonesia.
(to be continue)
Seorang malaikat telah datang dalam hidup saya. Namanya Gabriel.
Dia datang dari terang dalam rupa terang dan memberi terang...
Gabriel mengajarkan saya bagaimana me rasa kan bahagia dalam kehidupan. Dia menegaskan penting nya waktu saat ini, untuk dinikmati dan di rasai.
Kita manusia, kita terdiri dari tubuh, pikiran dan roh.
Kebahagiaan dirasa dari roh, seperti sedapnya makanan dinikmati lidah atau menariknya bacaan yang dianalisa oleh pikiran.
Maka bagaimana cara membahagiakan roh dan hati ini?
Ada sebuah kisah lama, seorang nelayan yang sedang duduk-duduk merokok di perahunya. Saudagar menghampirinya dan bertanya "mengapa kau tidak mencari ikan" dan dia menjawab "buat apa?" lalu saudagar berkata "agar kau dapat lebih banyak ikan, menjual lebih banyak, menerima lebih banyak, lalu membeli umpan lebih banyak, membeli perahu lebih besar, mengupah buruh untuk membantumu lebih banyak, menjadi lebih kaya, memiliki rumah lebih banyak, memiliki mobil, dan memiliki segalanya" lalu nelayan bertanya lagi "untuk apa?" dan saudagar menjawab "agar kau bahagia, dan bisa menikmati hidup ini" lalu nelayan menyahut "bukankah itu sudah terjadi. lihatlah aku ini"
suatu waktu, Gabriel terbang dengan kedua sayapnya di sisi saya, menyamakan ketinggian dan menukik sedikit ke bumi. Dia tahu bahwa saya tak memiliki antena televisi, maka ia bercerita tentang keindahan dunia yang belum pernah saya tengok.
Ceritanya diawali dari ke badung an anak sekolah. Bermain taruhan, tawuran dan tebakan kuno penuh trik kocak dengan ide gila dari mana saja. Lalu dia menceritakan kisah kasih cinta monyet perjuangan remaja belia. Dia bubuhkan kalimat bijak ajaran agama dan kehangatan keluarga. Mimik raut wajahnya seperti aktor besar, suaranya milik para penyiar, membuat saya merasa bergerak di dalam kisahnya.
kesempatan lain, Gabriel mendukung saya beramal. Dia membawakan ransel besar berisi pakaian, tas dan boneka yang sudah saya kumpulkan berbulan-bulan, untuk diberikan pada orang yang membutuhkan di luar kota. di sana, dia bercengkrama, menyanyi dan minum kopi bersama mereka. hatinya bersama orang sederhana.
saya pernah kalut terpercik molekul kemarahan air hujan. Dari atas awan Gabriel menganjurkan saya membaca ayat Alkitab. helow, ini abad 20 dan saya orang muda. apa kata tetangga jika diam berdoa di kamar sementara mereka gaul di cafe? whatever! ;) kubaca tentang "maaf". ternyata, memaafkan itu untuk diri sendiri agar me rasa baik an dan terus melanjutkan perjalanan. memaafkan itu bukan merchandise untuk orang lain.
Di suatu malam yang gelap, Gabriel bertanya tentang cahaya. Iya, jalan raya di depan saya selalu lurus, lapang, lebar dan mulus. Namun sayangnya, jika matahari tak bersinar atau awan mendung datang, jalanan menjadi remang tanpa cahaya. Saya belum memiliki lampu pijar sensoris. Maka ketika pandangan kabur, saya duduk berhenti dan menyusup ke dalam bumi. Gabriel kaget lalu mencatat kebutuhan saya dalam notesnya. Dia malaikat yang datang dari terang, seperti pegawai PLN yang sedang research dimana perlu menambahkan listrik di pelosok Indonesia.
(to be continue)
Comments