Skip to main content

Hiking to Ranu Gumbolo

One day in rainy season, I hike Ranu Kumbolo, lake in 2500 metres above sea level in Mt. Semeru, East Java, Indonesia. Saya pergi berdua dengan seorang sahabat, seorang laki-laki hebat. Dia berbaik hati menemani saya, karena hari sebelumnya saya ditinggal serombongan teman lain, dengan alasan cinta. Hehe, iya, klasik dan lucu. Sahabat saya ini menghentikan tangis saya di pundaknya dengan kalimat "kamu bisa ke Ranu Kumbolo tanpa dia, Jil" and we did it. Berdua saja ditemani motor bebek merk Revo, tentu sambil mendorong motor bebek itu beberapa kali. Haha!

Pukul 6 pagi, kami mengambil satu tenda dom berukuran utk empat orang, dua sleeping bag, dua jacket bulu angsa, satu matras pink, dua ponco, satu trangia dan memasukkannya ke dalam carrier 60 liter warna merah. Hehe agak lebay, banyak tempat kosong yang bahkan cukup untuk sebuah bantal besar. seluruh pakaian sahabatku dimasukkan ke situ, maka kami hanya membawa sebuah carrier dan sebuah daypack berisi barang pribadiku. Sahabatku mengenakan helm standard, sementara saya mengenakan helm rock climbing merk Petzel (dengan alasan bisa dibawa hingga Ranu Kumbolo dengan ringan) menuju daerah Kecamatan Tumpang.
Sesampainya di pusat Kecamatan, kami berhenti di Indomaret dan membeli logistik. Super bihun, Indomie, Sosis siap makan, sarden, biskuit rasa abon, air mineral, coklat, spiritus dan mix max hehe. Setelah packing ulang dengan lebih rapi, kami sarapan rawon yang lezzat sekali. Di Jakarta, sulit menemukan rawon se enak ini, apalagi dengan harga yang tak lebih mahal dari harga segelas kopi starbucks. (rawon untuk dua porsi, sudah termasuk teh manis dan tambahan lauk)
Setelah melewati Tumpang, lalu Ponco Kusumo, jalan pintas jalur Watu Pecah (ex jalur Soe Hok Gie), Ngadas, Gubuk Klakah dan akhirnya pertigaan indah antara jalur ke Gunung Bromo dan Gunung Semeru, pertigaan dimana signal telepon selular menghilang. Saya berhenti sebentar, berfoto di tempat yang sama dengan rombongan yang meninggalkan saya ;)
Hari masih pagi, cuaca cerah, kadang diselingi kabut, dan saya menyanyi sepanjang perjalanan. Saya sekretaris yang pemandangan sehari-harinya layar komputer, maka keindahan alam nyata ini sangat indah, bukan screen saver bo!. Saya teringat masa-masa SMA saat sering melewati jalan ini naik hartop (Landcruizer). Kadang kami gokil memasang tulisan 'dijual' di belakang mobil teman saya itu. Hihi.
jalan raya mulus aspal semua, nyaris tak berbatu. Sayangnya, motor Revo tidak diciptakan untuk mampu menanjak curam sambil mengangkut beban kami berdua plus carrier dan daypack. Alhasil, saya turun ketika motor berhenti. Crik crik saya berlari mengikuti Revo, lalu naik lagi. Setelah dua kali, nafasku ngos-ngosan dan tak kuat lari. Sahabatku terbahak lalu menawarkan bertukar tempat. Saya bawa motor, kedua ransel kutumpuk diantara kedua paha, dan sahabat laki-lakiku lah yang duduk di belakang dan siap turun serta berlari. Hahaha pemanasan yang keren!
Akhirnya kami tiba di desa Ranu Pane, nostalgila melewati lapangan bola (tempat kami biasa upacara tujuh belasan, dan dua kali dikorbankan jadi pengibar bendera karena masyarakat setempat tidak bisa - bagi mereka, sikap 'istirahat di tempat' saat upacara ialah duduk di tanah sambil merokok hihi) melewati masjid yang warna hijau putih nya masih ada (bertahun-tahun lalu kami cat pagar dindingnya) dan akhirnya memarkir motor di samping posko pendaki. Kucari nama cintaku yang telah lebih dulu berangkat. yups, mereka sekitar 4-5 orang dan sudah turun kemarin! Perfecto! Heaven knows, man! :)
Kami menyimpan motor, pipis, mengisi formulir, memberi fotokopi KTP, menandatangani form perjanjian hanya akan hiking hingga ranu kumbolo dan membayar sejumlah uang (ups mahal bo! sama seperti harga 2porsi nasi rawon dan lauk dan 2teh manis) Berangkat!
Ini foto kakiku, kaki yang sudah 5tahun mengenakan sepatu pantofel setiap hari di lantai keramik kampus dan kantor. Hari ini dia kupaksa menjejak tanah miring. Dia sukses dan saya mencintainya. Sepanjang jalan, kami bernyanyi-nyanyi dan tertawa-tawa. Rute ranu pane - ranu kumbolo ini biasa ditempuh orang lokal 2 - 3 jam, dan kami berniat rekreasi maka tak menghitung waktu. Semua lagu dinyanyikan, lagu dangdut sampai lagu barat, juga membicarakan kemajuan bangsa Indonesia hingga akhirnya, curcol. Ternyata sahabatku yang ganteng ini baru bertengkar dengan pacarnya!
Ini namanya jembatan. Para pendaki tahu, jika sudah tiba di sini, itu berarti sudah 80% perjalanan. Sebentar lagi kita sampai.. horai!
Setiba di ranu kumbolo, pendaki lain memandang kami dengan takjub. Pertanyaan mereka 'berdua saja?' dan kami menjawab dengan senyuman. Bulan ini Desember, waktu yang pas untuk pendakian, maka ada banyak pendaki di sini.

... di jenjang desember ku datang padamu..
ku bimbing kau ke lereng Semeru...
ku belai rambut yang indah, kau pun tersipu malu...
oh indahnya Mahameru...


saya mendendangkan lagu ini dalam hati dan tak mampu meneruskannya. Kusampaikan pada angin gunung bahwa aku menyayanginya.
Kami mendirikan tenda dan memasak air dengan pemandangan Danau Kumbolo yang mistis. Ada cekungan di antara dua bukit dimana kabut dan matahari dapat keluar dan masuk. Sangat manis.
Mereka ini tetangga depan tenda kami. Dua orang laki-laki dan seorang anak kecil berumur empat tahun. Whats? suhu di tempat ini sering mencapai 0 (nol) derajat di bulan-blan ini an dia tadi sore mandi di danau! Setelah ngobrol, kami baru tahu bahwa ibu nya sedang muncak, pergi ke puncak bersama teman mereka yang lain. Dalam hatiku terbersit impian masa depan. Will do the same thing! Ups tapi aku aja deh yang ngecamp sementara suamiku muncak hehe.
Menu malam ini bihun kuah dengan sosis dan kopi teh. Kami undang tetangga lain bergabung, tiga orang laki-laki dari Jakarta yang berkenalan di kereta lalu memutuskan mendaki Semeru bersama. Mereka memilih rute Watu Pecah (route Soe Hok Gie yang pernah kulalui tahun 2003 lalu) dan sedang menunggu dua orang teman yang terpaksa turun ke Ranu Pane karena kaki nya cedera. Tu kan? Lewat jalur Gie sih! Dan itu berarti mereka harus melalui tahun baru di tempat ini.
.Persediaan logistik mereka sangat banyak, kami disuguhi kacang hijau dengan air gula merah yang nikmat. Persediaan sayuran, telor, rokok dan minyak tanah mereka juga cukup untuk satu minggu ke depan. Setelah kenyang, ngobrol ngalur ngidul, kami menutup malam itu dengan minum sebotol kecil mix max rasa blackcurrant. Limun banget! ;) Akhirnya kami tidur dalam sleeping bag masing-masing sambil mengagumi persahabatan kami yang beralih menjadi persaudaraan. Ini kedua kalinya kami hiking berdua, setelah sebelumnya ke Merbabu, Jawa Tengah.

Keesokan paginya setelah matahari menyingsing, saya lari-lari kecil mencari lokasi aman untuk BAB (buang air besar). Tisu, air dan pisau besar (bahasa Jawa= buding) tak lupa kubawa. Dalam hati tersenyum simpul, thanks God, for feeling home here so I am ready to do this ;)
Setelah minum susu, sarapan sarden dan ditutup desert cake bolu coklat dari tetangga, kami packing dan turun menuju Ranu Pane. Pagi ini dingin, dan jaket bulu angsa bercorak sama persis ini melindungi kami dari suhu udara 8 derajat celcius. Pendaki lain masih berkomentar "wahh berdua-dua an" haha, whatever bro!

Sambil menyusuri Ranu Kumbolo, kembali ke arah Ranu Pane aku bicara sendiri dalam hati. Apa yang kita semua cari di sini? Bukankah di sini sepi? Dan di puncak Mahameru 3676 diatas permukaan laut itu juga lebih sepi lagi. ...iya, di semua puncak pasti sepi. baik di puncak gunung maupun di puncak jabatan...

Setiba di Ranu Pane, kami langsung melanjutkan perjalanan ke Malang. Di persimpangan Ngadas antara Bromo Semeru, signal telepon selular ku masuk dan sepotong sms dari cintaku diterima.
"whats your plan for today?"
I reply "dont know yet, just arrived from Ranu Kumbolo"
he answer fastly "Did you?"

...hehe, with or without you..

Comments

Popular posts from this blog

Honeymoon 3 - Bandung

Konon kabarnya,  Traveling Bulan Madu  beramai ramai lagi nge trend. Dan tanpa sengaja, kami mencobanya.  Its been really nice ! D + 21 Floating Market Cottonwood Bed and Breakfast Miss Bee Providore Diawali chatting dengan sahabat untuk maen bareng, bersama suaminya dan suami saya, what a lovely first double couple date after our marriage , kami akhirnya memutuskan bermobil ke Bandung. Dia dan suaminya sebenernya suka naik gunung dan moto, seperti juga saya dan suami saya. Tapi kali ini dedek bayi sudah 19 minggu di perutnya asik kaaaan maka kami mencari tempat yang aman damai tentram.  Kami berangkat dari rumah jam 5 pagi, menjemput si sahabat dan berangkat dari rumahnya jam 5.55. Alhasil, jam 8.30 pagi sudah keluar Gerbang Pasteur dari tol Cipularang.  Setelah ngobrol sana sini, kami putuskan untuk ke Pasar Apung - Floating Market - Lembang sebelum waktu check in jam 14.00. Udah ada yang pernah ke sana? ya belon ! Haha google map menjadi andalan yang tepat ! Percaya

WFH? WTF? Hehehe Work From Home

 Hai gaes, long time no see!  life goes membenamkanku dalam rumah, bersama secarik judul WFH alias Working From Home atau bekerja dari rumah. Hari ini sudah resmi 11 bulan aku di rumah. Luar biasah! 1. Bekerja, masih mengerjakan yang ituuu di situuuu jugaa 2. Menemani Ojoss yang beranjak dewasa buahahaa, lucky one! Sejak aku hamil besar, melahirkan, 40 hari, 3 bulanan, sampai MPASI 6 bulan dan saat ini udah 9 bulan, kami selalu bersama oyeah! Saya sampai sewa freezer ASIP saking melimpahnya dan next week ampe udah habis masa nya dan ASIP nya masih uga banyaak maka mo dijadiiin sabun ajaa. Ojoss yang selalu tersenyum tertawa dan sekarang ampe udah bisa tiba-tiba nongol di bawah meja kerja, gelitikin kaki. Yups ampe sempet diare entah karena makan apa, demam, campak, tapi juga ikut staycation berenang ria di bathup hotel lucuk hahaha.  3. Menemani Arga yang sudah sekolah oye! Arga yang sudah menanti-nanti kapan sekolah, disurvey bertahun-tahun sebelumnya, segala persiapan termasuk pengan

Gede

im thanking you, untuk keras hati menguatkan niat dan tekat, memaksakan otot paha depan dan betis menahan rasa sakit menjejak ribuan langkah terjal ke atas, membiarkan bokong mengeras terbang ke atas menumpu tubuh besarku, untuk mengajarkanku kesabaran, merasakan indahnya berjalan bersama teman-teman. teman yang baru kutemui pertama kali, yang sedang kuingat namanya, yang lucu, yang muda, yang sakit, yang mendadak diharuskanNya menghabiskan waktu bersamaku saat itu juga tanpa pilihan lain untuk memintaku berbagi, pada para laki-laki tangguh, ganteng, hebat, yang berharga diri tinggi, meringan sedikit kesakitan mereka, menyalurkan optimisme, menularkan senyum tawa semangat suka cita. atas rasa takut, kala ku berjalan sendiri menerobos hutan gelap penuh pohon berakar kuat, yang belum pernah kulewati sebelumnya, tak peduli berapa gunung pernah kudaki, berapa waktu pernah kuhabiskan sendiri, atas rasa hangat, suara ayah jam 5:32 hari minggu 8 september dari puncakmu 295