'selama masih bisa dimimpikan, pasti masih bisa dicapai'
Kebetulan yang indah mempertemukan saya pada seorang laki-laki tangguh yang sudah menjelajahi banyak gunung di dunia ini. Pertanyaan saya langsung tertuju pada gambar gunung di belakang kursi kerja nya, Mount Everest.
'have you ever been there?' 'ya, tentu saja! sekarang, mendaki everest sudah tidak lagi keren kok! kamu mengikuti berita tim indonesia di ekspedisi 7 summit? beberapa meter sebelum puncak, mereka antri kok.' 'wow! mereka pasti antri karena jalur yang sempit, luas puncak yang juga sempit dan tentu karena ada banyak orang yang mampu menjadi summitter. hahaha! maka, bagaimana caranya ke sana?'
Kami ngobrol panjang lebar sambil melirik teman baik saya bermain futsal (dia masuk 1 gol anyway ;)) Dan ada dua tahap mudah:
1. Beli tiket Jakarta Nepal pp - sekitar USD 800 (return tiket, Singapore Airlines atau Thai Airways)
2. Setibanya di Nepal, mengurus perijinan dan tes. Itu saja!
Wow wow wow, saya tak percaya dan kami membuka google melihat ini itu. Ya, memang ada banyak puncak di pegunungan himalaya. Kita bisa naik dari Nepal, China atau Pakistan. (I'm big fans of www.threecupsoftea.com anyway).
Bagi seorang perempuan seperti saya, ada banyak alternatif trekking untuk sekedar merasakan bersihnya air gunung serta memegang salju. Ah what a wonderful life!
Saya hanya perlu menyisihkan waktu 14 hari dan 15 juta saja. Pasti bisa!
Notes:
total hari yang diperlukan untuk hiking antara 5-8 hari, sisanya untuk aklimatisasi (adaptasi ketinggian serta suhu udara) dan jalan-jalan menikmati indahnya Kota Khatmandu. Total alat tukar 15 juta (= NPR 126.600 via money converter hari ini) sudah termasuk kebutuhan membeli tiket pesawat pp, trip hiking lengkap dengan porter (sirdar) tour gouide (kita bisa request tour guide wanita) akomodasi (sekitar Rp 50.000 per malam) dan makanan selama di sana. Ada beberapa pilihan rute, puncak bukit dan ketinggian maksimal yang bisa dipilih sesuai minat dan kemampuan fisik, sekitar 4000 - 5000 an mdpl (meter dari permukaan laut, maka setinggi Kerinci di Sumatera, Kinabalu di Malaysia atau Rinjani di Lombok jika didaki dari ketinggian 0 dpl) Dan diakhir pendakian, kita sudah bisa memegang salju. Saat terbaik hiking di Himalaya ialah bulan Oktober karena musim panas dan musim hujan sudah berakhir tetapi musim dingin belum datang. Atau khusus bagi summiter, bulan terbaik ialah Mei karena musim dingin dan badai sudah pergi tetapi musim panas belum datang, maka es belum meleleh. Para porter - Sherpa (orang himalaya/ tibet) itu pandai memasak makanan internasional seperti pizza walaupun makanan pokok mereka nasi (good for us, right?) mereka tinggal di lereng-lereng himalaya dan memiliki Yak (sapi himalaya) hewan yang bisa dimanfaatkan untuk mengangkut barang-barang kita di Pegunungan. Ah, saya sangat ingin pergi ke sana!
Teman baik saya memiliki contact person yang bisa ditelepon saat ini juga, jika kita tertarik untuk pergi ke sana. Hanya saja, dia menyarankan 'pergilah minimal berdua dari Indonesia'.
Aha! Maka kalimat terakhir inilah yang sedang saya pikirkan. Would you come with me?
Kebetulan yang indah mempertemukan saya pada seorang laki-laki tangguh yang sudah menjelajahi banyak gunung di dunia ini. Pertanyaan saya langsung tertuju pada gambar gunung di belakang kursi kerja nya, Mount Everest.
'have you ever been there?' 'ya, tentu saja! sekarang, mendaki everest sudah tidak lagi keren kok! kamu mengikuti berita tim indonesia di ekspedisi 7 summit? beberapa meter sebelum puncak, mereka antri kok.' 'wow! mereka pasti antri karena jalur yang sempit, luas puncak yang juga sempit dan tentu karena ada banyak orang yang mampu menjadi summitter. hahaha! maka, bagaimana caranya ke sana?'
Kami ngobrol panjang lebar sambil melirik teman baik saya bermain futsal (dia masuk 1 gol anyway ;)) Dan ada dua tahap mudah:
1. Beli tiket Jakarta Nepal pp - sekitar USD 800 (return tiket, Singapore Airlines atau Thai Airways)
2. Setibanya di Nepal, mengurus perijinan dan tes. Itu saja!
Wow wow wow, saya tak percaya dan kami membuka google melihat ini itu. Ya, memang ada banyak puncak di pegunungan himalaya. Kita bisa naik dari Nepal, China atau Pakistan. (I'm big fans of www.threecupsoftea.com anyway).
Bagi seorang perempuan seperti saya, ada banyak alternatif trekking untuk sekedar merasakan bersihnya air gunung serta memegang salju. Ah what a wonderful life!
Saya hanya perlu menyisihkan waktu 14 hari dan 15 juta saja. Pasti bisa!
Notes:
total hari yang diperlukan untuk hiking antara 5-8 hari, sisanya untuk aklimatisasi (adaptasi ketinggian serta suhu udara) dan jalan-jalan menikmati indahnya Kota Khatmandu. Total alat tukar 15 juta (= NPR 126.600 via money converter hari ini) sudah termasuk kebutuhan membeli tiket pesawat pp, trip hiking lengkap dengan porter (sirdar) tour gouide (kita bisa request tour guide wanita) akomodasi (sekitar Rp 50.000 per malam) dan makanan selama di sana. Ada beberapa pilihan rute, puncak bukit dan ketinggian maksimal yang bisa dipilih sesuai minat dan kemampuan fisik, sekitar 4000 - 5000 an mdpl (meter dari permukaan laut, maka setinggi Kerinci di Sumatera, Kinabalu di Malaysia atau Rinjani di Lombok jika didaki dari ketinggian 0 dpl) Dan diakhir pendakian, kita sudah bisa memegang salju. Saat terbaik hiking di Himalaya ialah bulan Oktober karena musim panas dan musim hujan sudah berakhir tetapi musim dingin belum datang. Atau khusus bagi summiter, bulan terbaik ialah Mei karena musim dingin dan badai sudah pergi tetapi musim panas belum datang, maka es belum meleleh. Para porter - Sherpa (orang himalaya/ tibet) itu pandai memasak makanan internasional seperti pizza walaupun makanan pokok mereka nasi (good for us, right?) mereka tinggal di lereng-lereng himalaya dan memiliki Yak (sapi himalaya) hewan yang bisa dimanfaatkan untuk mengangkut barang-barang kita di Pegunungan. Ah, saya sangat ingin pergi ke sana!
Teman baik saya memiliki contact person yang bisa ditelepon saat ini juga, jika kita tertarik untuk pergi ke sana. Hanya saja, dia menyarankan 'pergilah minimal berdua dari Indonesia'.
Aha! Maka kalimat terakhir inilah yang sedang saya pikirkan. Would you come with me?
Comments